Pendahuluan
Jika Anda adalah pengajar, profesional, konsultan, atau
mahasiswa/i yang sedang menggeluti bidang Human Resources Management (HRM) atau
yang lazim disebut dalam bahasa Indonesia dengan Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM) ini, mungkin pernah atau setidaknya mengenal istilah kompetensi dalam
proses pengelolaan sumber daya manusia baik itu di lingkungan organisasi
perusahaan, pendidikan, maupun beberapa organisasi lainnya yang fokus pada
pengembangan sumber daya manusia. Kompetensi sebagai sebuah konsep telah
dikembangkan di berbagai jenis industri dan organisasi dalam melakukan
pengelolaan sumber daya manusia terlebih untuk menerapkan prinsip the right
man, on the right place, at the right time, and on the right job.
Untuk itu, sumber daya manusia dalam organisasi harus dipandang
sebagai faktor utama dan diperlakukan sebagai aset yang mendapatkan porsi
prioritas yang paling kritis. Karena manusia adalah satu-satunya faktor yang
menggerakkan roda organisasi dan sebagai kekuatan utama untuk mengembangkan
organisasi tersebut. Jika demikian keadaannya, maka pertanyaan penting yang
harus menjadi fokus kita adalah “apa sebenarnya kompetensi dan mengapa
kompetensi menjadi bagian yang perlu untuk diperhatikan dalam proses
pengelolaan sumber daya manusia?”
Definisi
Kita akan memulainya dengan definisi dan pemahaman mendasar
terhadap kompetensi dan proses pengelolaan sumber daya manusia berdasarkan
kompetensi yang dirumuskan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan organisasi.
Sejarah kompetensi diawali dari White (1959) yang memperkenalkan kompetensi
sebagai karakteristik kepribadian yang berhubungan dengan kinerja dan motivasi.
Kompetensi didefinisikan oleh White dengan konsep interaksi efektif
(individual) dengan lingkungan dan White juga berpendapat bahwa adanya motivasi
kompetensi untuk menjelaskan kompetensi tersebut sebagai kapasitas yang ingin
dicapai. Selanjutnya McClelland (1976) mengikuti pendekatan tersebut dan
mengembangkannya untuk memperkirakan kompetensi sebagai lawan dari kecerdasan,
dan menjadikannya sebagai pendekatan yang digunakan oleh perusahaan konsultan
yang bernama Hay McBer. Namun demikian, penelitian dan pengembangan konsep dan
pendekatan kompetensi terus dilakukan oleh para ahli dan berkembang juga hingga
sampai ke Eropa dan ke belahan dunia lainnya (Boxall Peter, et al. (Eds). 2007:
334). Perkembangan tersebut menunjukkan kepada kita bahwa kompetensi sebagai
konsep dan pendekatan dalam proses pengelolaan sumber daya manusia telah
memasuki babak baru yang lebih profesional dan berbasis pada pendekatan yang
objektif dan ilmiah.
Menurut Dubois dalam bukunya Competency-Based Human Resource
Management dijelaskan bahwa a competency as an underlying characteristic that
“leads to successful performance in a life role” (kompetensi sebagai
karakteristik dasar yang “membawa ke arah suksesnya kinerja dalam sebuah peran
kehidupan”). Sedangkan menurut Kamus online Oxford Dictionaries, secara ringkas
competency didefinisikan sebagai the ability to do something successfully or
efficiently (kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan berhasil atau efisien)
(untuk lebih lengkapnya, Anda dapat juga memeriksanya langsung di sini).
Dari uraian tersebut ada beberapa unsur penting yang perlu untuk
diperhatikan, yaitu ability (kemampuan), performance (kinerja), role (peran),
dan do something (melakukan sesuatu). Kombinasi unsur-unsur tersebut merupakan
hal-hal yang terkait dengan kompetensi yang terwujud dalam perilaku manusia di
tempat kerjanya dan perilaku sebagai komponen utama yang menjadi fokus
perhatian dalam pengelolaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, pemahaman
terhadap ilmu perilaku dan penggunaan analisis jabatan menjadi elemen dasar
dalam proses pengelolaan sumber daya manusia berbasis pada kompetensi.
Pada kesempatan ini, definisi kompetensi akan diuraikan dengan
lebih rinci namun tetap menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah untuk
dipahami, yaitu kompetensi adalah kemampuan yang terwujud dari unsur-unsur
pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude) sebagai dasar untuk melakukan
pekerjaan tertentu dengan efektif dan efisien. Wujud dari kemampuan itu dapat
termanifestasikan lewat perilaku yang menjadi faktor penilaian dalam
pengelolaan kompetensi dan perlu ditekankan bahwa proses pengelolaan kompetensi
berfokus pada orang-orang yang melakukan pekerjaanya, bukan pada pekerjaan yang
harus dikerjakan oleh orang-orang tertentu. Hal tersebut dikarenakan proses
penyusunan pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan oleh orang-orang
tertentu adalah menjadi bagian dari proses standardisasi struktur organisasi
dan penyusunan Job Profile, sedangkan proses pengelolaan kompetensi bermaksud
untuk memetakan orang-orang yang memiliki kompetensi-kompetensi tertentu untuk
melakukan suatu pekerjaan (untuk bahasan mengenai struktur organisasi dapat
Anda klik di sini).
Tujuan dan Manfaat
Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat kritis sebagai
aset utama dalam perusahaan. Keberadaannya di dalam sistem kerja dengan segala
keunikannya yang sangat menentukan keberhasilan dalam sistem kerja menjadi
sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan. Untuk itu, perusahaan harus
menyusun strategi pengelolaannya secara baik dan tertata dengan rapi. Adapun
faktor kemampuan manusia dalam melakukan pekerjaannya tersebut sangat
dipengaruhi oleh kompetensi yang ada di dalam setiap dirinya masing-masing
sehingga Manajemen Sumber Daya Manusia (HR Management) berbasis pada
pengelolaan kompetensi melihat bahwa kebutuhan terhadap output dari setiap
pekerja membuat kompetensi sebagai pondasi utama bagi seluruh fungsi dalam HRM.
Kompetensi menggerakkan proses perancangan sistem kerja,
rekrutmen, placement, performance management, dan dengan seluruh fungsi dalam
HRM. Oleh karena itu, setiap jabatan yang dalam hal ini dipegang oleh setiap
karyawan tentu memiliki kriteria dan ukuran kompetensi yang masing-masing
berbeda dan memiliki ciri khas tersendiri. Keadaan tersebut menjadi tantangan
tersendiri bagi HR Department untuk mengidentifikasi, menentukan, dan mengelola
kompetensi setiap jabatan, serta berusaha untuk mencari dan menempatkan
orang-orang yang memiliki kompetensi sesuai dengan yang ada di masing-masing
jabatan.
Namun demikian, belum semua orang dapat memenuhi tuntutan
kompetensi jabatan yang diembannya. Untuk itu, perlu juga dilakukan
identifikasi, pengukuran, dan analisis terhadap kompetensi-kompetensi tersebut
dan pengelolaannya agar fungsi program-program pengembangan kompetensi terhadap
sumber daya manusia dapat disusun melalui program-program peningkatan
kompetensi yang sesuai, misalnya dengan program training, coaching, dan atau
counselling.
Beberapa tujuan bagi organisasi terkait dengan pengelolaan sumber
daya manusia berbasis kompetensi, misalnya:
Seluruh jabatan di dalam organisasi dapat berfungsi sebagaimana
mestinya (sesuai dengan tuntutan pekerjaannya).
Memberikan pedoman kepada seluruh pemegang jabatan agar memenuhi
ukuran standar kompetensi jabatan yang telah ditetapkan.
Sebagai dasar bagi HRD untuk menyusun program pengembangan
kompetensi dan karir karyawan (Individual Development Plan (IDP) dan Individual
Career Path/Plan (ICP)) berdasarkan hasil pengukuran kompetensi yang
dibandingkan dengan persyaratan pada kompetensi jabatan yang dipegangnya.
Untuk meningkatkan kompetensi karyawan apabila pada saat dilakukan
pengukuran kompetensi ditemukan bahwa kompetensinya belum dapat memenuhi
persyaratan kompetensi jabatan melalui program training, coaching, dan atau
counselling.
Dalam mengembangkan proses pengelolaan sumber daya manusia
berbasis kompetensi diharapkan setiap komponen dalam organisasi dapat merasakan
manfaatnya, utamanya yaitu:
1. Bagi
Karyawan
Kejelasan relevansi proses pembelajaran sebagai pemegang jabatan
agar mampu untuk mentransfer keterampilan, nilai, kualifikasi, dan potensi
pengembangan karir.
Adanya kesempatan bagi karyawan untuk mendapatkan program
peningkatan kompetensi melalui program-program pengembangan karyawan (IDP) yang
disusun oleh perusahaan.
Penempatan sasaran sebagai sarana pengembangan karir yang
dituangkan dalam ICP karyawan.
Kompetensi yang ada sekarang dan manfaatnya akan dapat memberikan
nilai tambah pada pembelajaran dan pengembangan karyawan itu sendiri.
Pilihan perubahan karir yang lebih jelas. Untuk berubah pada
jabatan baru karyawan dapat membandingkan kompetensinya dengan persyaratan
kompetensi pada jabatan yang baru. Kompetensi baru yang dibutuhkan mungkin
hanya berbeda 10% dari yang telah dimiliknya.
Penilaian kinerja yang lebih objektif dan umpan balik berbasis
standar kompetensi yang ditentukan dengan jelas.
Meningkatkan keterampilan dan marketability sebagai karyawan.
2. Bagi
Organisasi (Perusahaan)
Mapping kompetensi yang akurat dan objektif mengenai kompetensi
tenaga kerja yang dibutuhkan.
Meningkatkan efektivitas rekrutmen dengan cara menyesuaikan
kompetensi yang diperlukan dalam pekerjaan dengan yang dimiliki pelamar kerja.
Program pengembangan karyawan dan karir difokuskan pada gap
(kesenjangan) kompetensi antara kompetensi jabatan dengan kompetensi
karyawannya.
Akses pada program IDP dan ICP yang lebih efektif dari segi biaya
karena penyusunan program IDP dan ICP yang berbasis kebutuhan perusahaan untuk
memenuhi gap tersebut.
Mempermudah terjadinya perubahan melalui identifikasi kompetensi
yang dibutuhkan untuk mengelola perubahan tersebut.
Job Competency (Kompetensi Jabatan)
Kompetensi Jabatan adalah suatu tingkatan kemampuan tertentu yang
dipersyaratkan oleh suatu jabatan sesuai dengan jenjangnya dalam struktur
organisasi sehingga apabila persyaratan tersebut dipenuhi maka jabatan tersebut
akan berfungsi sebagaimana mestinya. Kondisi pekerjaan dan Job Profile harus
telah dirumuskan terlebih dahulu untuk memudahkan proses identifikasi dan
penyusunan kompetensi setiap jabatan. Selanjutnya, perumusan kompetensi setiap
jabatan harus dapat difungsikan bagi pemangku jabatan dalam bekerja untuk
bekerja dalam mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran organisasi
(perusahaan). Dengan adanya keterangan yang jelas dan komprehensif mengenai
suatu jabatan dan dengan diarahkan pada tujuan-tujuan perusahaan, maka
kompetensi yang disusun akan semakin mudah dilakukan dan sesuai dengan yang
diinginkan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.
Pada setiap jabatan dalam organisasi terdiri dari dua jenis
kompetensi, yaitu Core Competency dan Technical Competency. Kedua jenis
kompetensi tersebut dirumuskan untuk dapat digunakan sebagai alat ukur
kompetensi jabatan dalam organisasi (perusahaan). Perpaduan dua jenis
kompetensi tersebut merepresentasikan nilai (ukuran) kompetensi jabatan yang
selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam mengukur kompetensi pemegang jabatan
yang bersangkutan. Oleh karena itu, tahap pertama yang harus dilakukan oleh
perusahaan adalah mendefinisikan kompetensi jabatan yang menjadi kebutuhan
perusahaan untuk digunakan sebagai pedoman dan mendukung perusahaan dalam
mencapai tujuannya.
Secara
sederhana, job competency dapat dirumuskan dengan persamaan:
Core
Competency + Technical Competency = Job Competency
Persamaan tersebut merepresentasikan model pengukuran kompetensi
jabatan yang dibentuk dari dua kompetensi, yaitu Core Competency dan Technical
Competency.
Core Competency
Core Competency adalah beberapa kemampuan yang sifatnya universal
yang dijadikan pedoman di seluruh jenjang jabatan dalam organisasi perusahaan
dalam rangka untuk mendukung pencapaian visi dan misi perusahaan. Dalam
merumuskan Core Competency harus dilakukan studi dan diskusi para top
management, HRD, dan jika diperlukan pihak eksternal seperti konsultan atau
perguruan tinggi.
Hasil yang diharapkan dari proses tersebut adalah rumusan elemen
Core Competency yang dijadikan sebagai pedoman untuk Core Competency yang
diimplementasikan di seluruh unit bisnis dan jenjang jabatan. Hal lain yang
perlu untuk diperhatikan adalah penetapan level setiap elemen Core Competency
tersebut untuk masing-masing jabatan sehingga setiap pemegang jabatan memahami
apa yang menjadi tuntutan jabatannya dalam melakukan pekerjaannya.
Technical Competency
Technical Competency adalah beberapa kemampuan yang bersifat
teknis yang langsung berhubungan dengan proses, tahapan/aktivitas, hasil,
sarana/peralatan, yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
jenjang jabatannya dalam struktur organisasi perusahaan. Dalam merumuskan
elemen-elemen Technical Competency, hal yang perlu diingat adalah elemen-elemen
tersebut sangat bergantung pada kemampuan dan keahlian yang dibutuhkan setiap
jabatan.
Artinya, setiap jabatan tentu memiliki elemen-elemen Technical
Competency yang spesifik satu sama lain yang ditentukan melalui identifikasi
dan analisis tehadap content pekerjaan jabatan yang bersangkutan. Namun
demikian, elemen-elemen Technical Competency yang akan disusun harus mengacu
pada elemen-elemen Core Competency yang telah dijelaskan sebelumnya dan jenjang
jabatan masing-masing.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa elemen-elemen dalam Technical Competency
harus disusun berdasarkan content pekerjaan dan jenjang jabatan masing-masing
di dalam struktur organisasi. Untuk itu, berikut ini dijelaskan pedoman-pedoman
umum yang dapat digunakan oleh tim yang dibentuk untuk mengidentifkasi
elemen-elemen Technical Competency yang dibutuhkan pada jabatan tertentu.
Sebagai tambahan, selain melibatkan karyawan langsung sebagai pemegang jabatan
dalam melakukan identifikasi tersebut, diharapkan dapat dilakukan melalui tim
kerja yang juga telah ikut terlibat dalam proses standardisasi struktur
organisasi dan Job Profile sehingga anggota tim dapat lebih mudah dalam
merumuskan elemen-elemen Technical Competency. Adapun langkah-langkahnya
adalah:
Persiapkan struktur organisasi yang telah standar dan content
pekerjaan (Job Profile) dari jabatan yang akan disusun elemen Technical
Competency-nya.
Lakukan identifikasi secara menyeluruh terhadap jabatan (Job
Profile) untuk memperoleh gambaran awal yang rinci terhadap jabatan tersebut.
Lakukan diskusi bersama dengan anggota tim yang telah dibentuk
untuk menentukan arah penekanan elemen Technical Competency jabatan yang
dibutuhkan sesuai dengan kondisi pekerjaannya masing-masing.
Deskripsikan elemen Technical Competency jabatan berdasarkan hasil
identifikasi dan diskusi yang telah dilakukan.
Lakukan diskusi kembali untuk membahas level kebutuhan dari
masing-masing elemen Technical Competency sesuai dengan tingkat kemampuan dan
keahlian yang dibutuhkan oleh jabatan yang dibahas tersebut.
Susun deskripsi dan level masing-masing elemen tersebut secara
berjenjang sesuai dengan level jabatan di dalam organisasi.
Usulan tersebut kemudian akan di-review kembali oleh pimpinan
jabatan yang bersangkutan untuk selanjutnya apakah isian tersebut disetujui,
ditolak, atau perlu untuk direvisi kembali.
Apabila elemen Technical Competency telah ditetapkan, langkah
selanjutnya adalah sosialisasi kepada seluruh pemegang jabatan bahwa
elemen-elemen Core Competency maupun Technical Competency yang dirumuskan
tersebut. Melalui proses sosialisasi ini, diharapkan dapat memberikan pedoman
bagi pemegang jabatan untuk bekerja sesuai dengan tuntutan kompetensi
jabatannya.
Pada bagian berikutnya (Part II), kita akan membahas lebih lanjut
mengenai bagaimana caranya melakukan pengukuran kompetensi jabatan, analisis,
dan proses penyusunan program pengembangan kompetensi karyawan berdasarkan
hasil pengukuran tersebut, baik melalui program training, coaching, dan atau
counselling karyawan hingga proses penyusunan program karir karyawan. Semoga
bermanfaat.
Referensi
Boxall,
Peter, et al. (Eds). 2007. The Oxford Handbook of Human Resource Management.
New York: Oxford University Press Inc.
Dubois,
David D, et al. 2004. Competency-Based Human Resource Management. United States
of America: Davies-Black Publishing, a division of CPP, Inc.
Caesars Sportsbook Review & Opening Hours | DrmCD
BalasHapusCaesars Sportsbook 사천 출장안마 is an excellent online sportsbook which will cater 군산 출장안마 for both college 포천 출장안마 and 출장안마 professional football players. This 김제 출장안마 Caesars Sportsbook review